Cerita Rakyat Sekadau : Asal-Usul Air Terjun Semirah Merambang.

BujangAdau - Air terjun Semirah Merambang adalah air terjun yang terletak di Dusun Belandong Desa Tinting Boyok Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau. Air terjun ini jaraknya terletak kurang lebih 20 Km dari pusat Kabupaten Sekadau yang dapat ditempuh melalui jalur darat.

Untuk sampai kepada lokasi air terjun Semirah Merambang ini, pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat yang salah satu jalur masuknya dapat dilalui melewati Desa Ensalang. Selanjutnya perjalanan harus ditempuh melewati perkampungan warga dan perkebunan sawit yang sangat luas. Akses jalannya pun merupakan tanah kuning jalan perkebunan kelapa sawit tersebut.

Untuk yang sebelumnya belum pernah mengunjungi objek wisata air terjun ini, penulis sarankan untuk berkunjung dengan mengajak seseorang sudah pernah berkunjung ataupun meminta dipandu oleh masyarakat setempat. Hal ini disebabkan karena jalur yang dilalui adalah jalur perkebunan kelapa sawit yang amat banyak tembusannya sehingga tidak jarang membuat pengunjung tersesat dan berputar-putar di daerah tersebut saja.

Air terjun Semirah Merambang merupakan air terjun yang memiliki ketinggian kurang lebih 80 Meter serta memiliki tujuh tingkatan. Sesuai dengan namanya, air terjun ini memiliki warna air berwarna merah. Untuk dapat mencapai tingkatan pertingkatan dari air terjun ini, pengunjung dapat melewati atau meniti tebing-tebing di sekitaran tempat tersebut. Namun, tetaplah harus berhati-hati dikarenakan tebing-tebing yang ada di sekitaran air terjun sangatlah licin dan medannya amatlah curam.

Dahulu, air terjun ini merupakan objek yang ramai dijadikan destinasi wisata masyarakat , tidak hanya masyarakat sekitar wilayah Sekadau Hulu melainkan juga masyarakat di Kabupaten Sekadau dan sekitarnya. Namun, beberapa tahun ini, objek wisata ini sepi pengunjung dan pamornya mulai turun. Hal ini disebabkan oleh adanya limbah pabrik yang konon mengaliri air terjun tersebut sehingga air berwarna merah keruh dan berbau tidak sedap ketika terhirup.

Menurut cerita, terbentuknya air terjun ini memiliki legenda tersendiri sebagai berikut :
Dahulu kala, hiduplah seorang lelaki tua yang tengah melakukan perjalanan yang cukuplah jauh. Hari-harinya ia lewati dengan mengembara dan dengan berbekalkan peralatan-peralatan seadaanya. Dengan usianya yang sudah tidak muda lagi, tentulah tenaganya tidak sekuat dahulu. Dalam perjalannya tersebut pula, sang kakek kerap beristirahat guna melepas lelah.

Tersebutlah ia bernama Akik Temakau, di sebut Akik Temakau karena ia sangat senang menginang dan menyugi tembakau. Menginang sering ia lakukan ketika tengah beristirahat dalam lelahnya ketika dalam perjalanan.

Langkah demi langkah kaki berjalan menuju sebuah lokasi yang ia tuju. Saat itu sang Akik bepergian dari daerah Natai Ubah menuju wilayah Taman yang jaraknya cukup jauh jika harus di tempuh dengan berjalan kaki. Selain itu, perjalanan juga membutuhkan waktu yang lama.

Suatu hari, dalam perjalanan menuju Natai Ubah menuju daerah Taman, sang Akik Temakau melewati suatu jalan yang  berbukit-bukit. Tak lama ditemuinya pula sebuah danau yang airnya sangat segar tepat berada di atas bukit tersebut. Terlihat pemandangan yang amat indah pula ketika berada di atas bukit tersebut sehingga sang Akik memutuskan untuk mencari tempat guna beristirahat sejenak di sekitaran danau tersebut.

Sambil melongok ke kanan dan ke kiri, dilihatnya sebuah kayu yang amatlah besar membentang diantara danau tersebut. Walaupun sudah terlihat rapuh termakan usia namun kayu tersebut masihlah sangat kuat. Tanpa berfikir panjang, sang Akik langsung menuju kayu tersebut guna beristirahat.

Sambil beristirahat, sang Akik membuka kembali perbekalan yang ia bawa dalam perjalanan. Di ambilnya sebuah parang, pinang dan peralatan menginang nya mengingat hobbynya adalah menginang. Setelah membelah pinangnya, sang Akik lantas menancapkan parangnya pada batang kayu besar yang tengah ia gunakan sebagai titian dalam beristirahat.

Sesaat setelah menancapkan parangnya pada batang pohon yang melintang tersebut, bukan kepalang kagetnya sang Akik melihat air di danau tersebut berubah menjadi merah dan lebih kaget lagi ketika ia melihat darah yang keluar dari batang pohon yang baru saja ia tancapkan menggunakan parang tadi yang tidak lain adalah seekor ular besar.

Berawal dari cerita tersebut, konon bunyi gemuruh merambang yang berbunyi hingga sekarang ialah karena air yang dahulu tertahan oleh lekukan badan ular besar yang ada di danau tersebut kemudian mengalir dan terjun menuruni bukit dan menerpa bebatuan yang ada di bawahnya yang hingga kini di sebut sebagai Air Terjun Semirah Merambang.

5 komentar

  1. konak em dgn cerita inik atok marik tih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. aok ke bang. kolak kalau ada cerita lain padah aku bah. kolak aku nulis e

      Hapus
  2. menggali sejarah, bentuk cinta kepada daerah

    BalasHapus
    Balasan
    1. sangat cinta dong kak , kalau b ukan kita siapa lagii

      Hapus