BujangAdau - Pada
zaman dahulu, tersebutlah sebuah desa yang masyarakatnya amatlah rukun. Mereka
suka membantu satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai pekerjaan
dikerjakan secara gotong-royong dan saling bergantian setiap harinya. Walaupun
penuh dengan kesederhanaan, namun seluruh penduduk desa hidup dengan amat
bahagia.
Rimbunnya
hutan menyimpan cadangan hidup di dalamnya, sungai-sungai berliuk indah di huni
ikan-ikan besar yang dapat di jala sebagai bakan pangan setiap harinya.
Bentangan sawah yang luas dan dengan hijaunya padi yang terlihat bak permadani
dari alam.
Penghuni
desa ini sebagian besar dihuni oleh suku Ketungau[1],
salah satu sub-ibanic dalam rumpun Dayak. Mereka hidup dengan suatu kepercayaan
turun temurun yang terus dilestarikan dari generasi ke generasi berikutnya.
Hal-hal yang bersifat mistis sangat lumrah ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Hidup
di desa yang letaknya jauh di dalam hutan membuat masyarakatnya belum mengenal
Tuhan, pola animisme[2]
amat kental dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menyembah sesuatu yang
sekaligus menjadi bukti kejayaan desa pada waktu itu. Tiang Sanonk nama nya.
Tiank Sanonk
merupakan tiang kayu yang fungsinya sebagai tempat untuk menggantungkan kepala
manusia yang berhasil dibunuh karena dianggap dapat merugikan atau mengancam
ketentraman desa. Masyarakat desapun selalu menyembah tiang ini karena dianggap
memiliki roh. Selain itu, mereka juga menyembah patung-patung kayu yang mereka
buat karena juga dianggap memiliki roh. Bahkan, berbagai sesaji turut
disuguhkan saat mereka sedang melakukan pemujaan.
Tahun
demi tahun berlalu, satu generasi digantikan generasi berikutnya. Namun
animisme di desa tersebut masih saja berjalan seperti biasanya. Hingga pada suatu hari, datanglah
bangsa Barat yaitu Belanda dan Inggris yang datang ke desa tersebut. Selain
untuk mengeksplorasi kawasan desa. Mereka juga datang untuk menyebarkan ajaran
agama.
Seperti
latar belakang bangsa-bangsa barat yang datang ke nusantara lainnya yaitu Gold,
Glory dan Gospel[3].
Begitu pula dengan bangsa Belanda dan Inggris yang datang ke desa tersebut.
Adapun ajaran agama yang disebarkan oleh kedua bangsa barat tersebut adalah
Nasrani yang kemudian perlahan diikuti oleh sebagian warga desa.
Tidak
lama berselang, datang pula orang-orang dari Turki dan Arab serta beberapa
kelompok orang Banjar. Walaupun memiliki tujuan utama untuk berdagang, mereka
juga datang sambil menyebarkan agama Islam yang dianutnya. Dengan adanya
penyebaran agama Nasrani dan Islam di desa tersebut, berangsur-angsur
masyarakat desa terangkul dan mengikuti ajaran agama tersebut.
Semenjak
mengenal ajaran agama, warga desa pun tidak lagi menyembah tiang dan melupakan
tradisi turun-temurunnya yang bersifat mistis. Mereka tidak lagi mendatangi Tiang Sanonk dan tempat-tempat
persembahan lainnya. Tiank Sanonk hingga kini masih berdiri tegak di Desa
Seraras, sekitar 15 Km sebelah timur dari pusat kota Sekadau.
[1] Suku
Ketungau adalah suatu masyarakat sub-ibanic yang menghuni wilayah Kabupaten
Sekadau dengan populasi lebih dari 28.000 jiwa.
[2] Animisme
merupakan kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda (pohon, batu,
sungai, gunung dan sebagainya). (KBBI)
[3] Disebut
juga dengan 3G yang merupakan semboyan yang digunakan oleh negara Barat untuk
menjelajah dan menguasai.
terima kasih
BalasHapus