Gandeng CRSC UGM dan StakatN Pontianak, Sadap Selenggarakan Nobar dan Diskusi Film Beta Mau Jumpa



Bujangadau - Konsisten menjaga toleransi dan keberagaman di Indonesia utamanya Kalimantan Barat, Komunitas Satu Dalam Perbedaan (SADAP) Indonesia bekerjasama dengan CRCS UGM dan StakatN Pontianak menyelenggarakan kegiatan nonton bareng film Beta Mau Jumpa. Kegiatan ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Agama Khatolik Negeri Pontianak. Jumat, (31/1).

Film Beta Mau Jumpa merupakan film yang menunjukkan peran perempuan dan anak muda dalam menjaga perdamaian pasca 20 tahun konflik yang terjadi di Ambon antara komunitas Islam dan Kristen.

Dikutip dari ugm.ac.id menuliskan bahwa film yang memiliki durasi 35 menit ini merupakan film kedua dari seri Indonesian Pluralities yang mengangkat beragam kisah tentang Indonesia. Film pertama berjudul Atas Nama Percaya yang mengangkat kisah dua komunitas penghayat kepercayaan dan pengalaman diskriminasi yang mereka alami telah dirilis pada tahun 2019.

Turut hadir menjadi pembicara dalam kegiatan nonton bareng dan diskusi ini antara lain Yeni Mada (Peneliti dan Aktivis Perempuan), Erniliana (ANPRI Kalbar), Subandri Simbolon, M.A (Dosen StakatN Pontianak) dan Tarida Manullang (SADAP Indonesia) serta dihadiri lebih dari 85 peserta.

Dalam diskusi tersebut, Erniliana dari ANPRI Kalbar yang juga salah satu korban konflik Kalbar tahun 1998 lalu menyatakan bahwa konflik merupakan suatu kondisi  yang tidak enak. Selain itu, sesuai dengan kondisi konflik yang tergambar dalam film tersebut juga memiliki potensi besar terjadi di Kalbar.

"Jika dulu Kalbar terjadi konflik karena suku, saya yakin konflik juga bisa terjadi karena agama dan di Kalbar sangat berpotensi untuk terjadi jika kita kita tidak segera menyadarinya," jelasnya.

Terkait dengan telah terjadinya konflik agama yang sebelumnya telah, Yeni Mada yang merupakan seorang aktivis dan peneliti menyatakan saling mengetahui dan mengenal adalah cara yang dapat dilakukan agar konflik serupa tidak kembali terjadi.

"Kita jangan hanya masuk dalam satu kotak saja, ketika kita saling mengetahui dan mengenali perspektif lain yang lain maka kita akan saling mengenal dan tidak saling menyalahkan," paparnya

Sementara itu, Tarida Manullang generasi muda yang juga mewakili SADAP Indonesia menyatakan bahwa konflik dapat dihalau dengan kesadaran dan memulai aksi untuk berdamai bukan dengan takut dan dengan hanya berdiam diri saja. pungkasnya

Tidak ada komentar