Akhir Dari Sebuah Perang - Cerita Pendek

Akhir Dari Sebuah Perang - Cerita Pendek

Pada suatu masa di tahun 1906 hiduplah seorang anak bernama Udin, dia merupakan anak tunggal dari sepasang kekasih yang tinggal di Amerika. Keluarga Udin bisa dibilang mempunyai fasilitas yang lumayan memadai berdasarkan standar penduduk yang hidup disekitar mereka.

Mereka mempunyai rumah yang luas serta sebuah mobil, oleh karena itu hari hari Udin pada masa kecil bisa dibilang baik karna mendapat kasih sayang dan materi yang cukup dari kedua orang tuanya.

Hari demi hari berlalu, Udin telah lulus sekolah di taman kanak kanak dan melanjutkan pendidikannya dijenjang sekolah dasar. Disekolah dasar ternyata Udin lumayan populer karna dia merupakan siswa yg lumayan pintar dan berbakat dalam setiap mata pelajaran disekolah.

Ia juga sering membantu temannya yang kesusahan sehingga disenangin teman temannya. Pada masa itu pendidikan merupakan hal yang amat penting dan terkadang hanya bisa dirasakan oleh golongan orang kaya.

Setelah tahun - tahun berlalu Udin pun akhirnya lulus dari sekolah dasar dengan nilai terbaik di angkatannya, keluarga dan teman - temannya banyak mengucapkan selamat atas keberhasilan Udin tersebut.

Kemudian ibu Udin pun bertanya apakah Udin ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, karna kebetulan pada masa itu biaya pendidikan lumayan mahal, Udin pun berkata ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia berharap dengan pendidikan tinggi ia dapat menjaga dan membawa perdamaian didalam dunia ini.

Maka Udin pun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP, pada saat di SMP ia juga menunjukan kecerdasan yang luar biasa, baik dalam aspek akademik maupun keterampilan, serta sifatnya yang ramah selalu membuatnya disenangin teman temannya.

Seperti pada sekolah dasar, Udin pun dengan mudah menamatkan pendidikan di jenjang SMP. Kemudian ia berencana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA, namun menurutnya pendidikan dinegeri ini terlalu mudah sehingga ia ingin pergi merantau ke suatu negara agar dapat mempelajari hal - hal baru serta mendapatkan pengalaman baru.

Hal itu ia sampaikan kepada kedua orang tuanya, pada saat itu ayahnya melarang karna takut Udin tak bisa bertahan hidup di negeri lain serta tidak sanggup hidup mandiri, namun Udin bersikeras untuk tetap pergi, ibunya pun menghargai pendapat Udin dan menyetujui permintaan Udin tersebut.

Melihat istrinya telah mengambil keputusan, ayah Udin pun akhirnya mengikuti keputusan tersebut dan mengizinkan Udin pergi merantau. Tetapi dengan satu syarat, yaitu jaga diri baik - baik serta jangan bergantung pada orang lain.

Akhirnya hari yang tunggu - tunggu pun tiba, Udin dan orang tuanya berangkat ke bandara untuk mengantar Udin yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA. Setelah sampai disana, ayah Udin kemudian menyadari sesuatu, yaitu ia belum bertanya kepada Udin ke negeri manakah ia hendak melanjutkan pendidikannya.

Kemudian ayah Udin pun bertanya kepadanya hendak ke negeri manakah engkau melanjutkan pendidikan. Dengan bangganya Udin pun berkata ia akan melanjutkan pendidikan ke Prancis. Ayahnya agak ragu namun karna kemarin ia telah menyetujui permintaan tersebut maka ia pun pasrah, ia hanya berpesan kepada Udin untuk menjaga diri baik - baik dan jangan ikut campur dalam suatu konflik.

Maka kemudian Udin masuk ke pesawat lalu pergi meninggalkan tanah kelahiran sekaligus kampung halamannya yaitu Amerika. Setelah menempuh berjam - jam perjalanan dipesawat yang tenang. Sampailah Udin di bandara Prancis, semuanya terlihat berbeda dibanding Amerika. Maka setelah keluar dari pesawat dan mengambil barang bawaannya Udin pun memesan taksi lalu menuju penginapan.

Setelah sampai ia pun segera memesan sebuah kamar untuk tempat tinggal dan tertidur pulas karna kelelahan. Keesokan harinya setelah mandi dan sarapan ia pun langsung mendaftarkan diri ke SMA di Prancis. 

Pada saat disekolah ia sempat berjalan - jalan dan tidak sengaja mendengar sekelompok remaja sedang berbicara tentang Perang Dunia ke-1 yang akan pecah, seketika Udin pun takut, akankah ia ikut terlibat dalam perang tersebut.

Pada malam harinya ia sangat tidak tenang akibat omongan yang ia dengar pada saat disekolah tadi, walaupun susah ia memaksakan matanya untuk terpejam dan kemudian tidur.

Pada esok harinya hal yang ia takutkan benar - benar terjadi, pemerintah menghimbau para rakyat untuk tetap dirumah karna akan dimulainya perang dunia ke 1, Udin yang pada saat itu tidak memiliki teman sangat merasa takut dan agak menyesal tidak menuruti omongan ayahnya pada saat itu.

Ia hanya bisa menunggu dirumah sambil mendengar suara tembak - tembakan dan suara pesawat perang. Namun karna rasa penasaran yang tinggi ia pun keluar, dan naasnya malah bertemu dengan pemimpin perang pihak Prancis, ia dipanggil dan disuruh ikut berperang, diberikan seragam perang dan sebuah senapan. Ia sangat kebingungan saat itu namun tidak bisa menolak, maka ikutlah ia dalam perang tersebut.

Ketika sampai ke medan perang, suasana sangat mencekam, baku tembak dimana mana, teriakan serdadu yang tertembak pun muncul bergantian, namun semangat serdadu - serdadu ini patut diacungi jempol, bahkan setelah melihat rekannya tertembak mereka masih melanjutkan perang, Udin pun ikut dalam perang tersebut, ia menembakkan senapan kearah musuh dan karna ia mempunyai keterampilan tinggi ia berhasil mengenai musuh dengan akurat.

Dimasa pertempuran ia tidak bisa menikmati kehidupan seperti biasanya, semuanya serba berbahaya. Ledakan dimana saja serta pertempuran dapat terjadi kapan saja. Udin harus bisa bertahan hidup didalam sebuah tenda yang dibuat benar - benar alakadarnya mengingat situasi tersebut merupakan situasi darurat.

Setelah pemimpin perang mengetahui bahwa Udin merupakan seorang warga asing yang datang dengan niat menuntut ilmu, maka pimpinannya tersebut membolehkan Udin untuk tidak terjun langsung ke medan perang seperti kemarin, namun ia tidak diperbolehkan pulang ke penginapannya dikarenakan jalan menuju penginapan masih belum bisa dipastikan aman.

Akhirnya setelah beberapa tahun hidup menderita dibawah ketakutan, perang dunia 1 pun berakhir, Udin merasa sangat bersyukur karna bisa selamat walaupun sempat terjun langsung ke dalam insiden tersebut.

Besok paginya ia mendapatkan sebuah kiriman yang dikirim tukang post ke penginapannya. Setelah dibuka itu ternyata sebuah lencana pemberian pimpinan perang, karna Udin pada saat perang dapat menembak dengan akurat, sayangnya pimpinan tersebut tidak dapat memberikannya langsung karena ia telah gugur dalam peperangan kemarin.

Hari - hari berlalu, Udin pun bersekolah seperti biasa, namun di tingkat SMA ini kecerdasannya agak sedikit menurun karna pada saat perang ia tidak bisa belajar sama sekali. Walaupun begitu ia tetap bisa lulus SMA dengan nilai dan lumayan memuaskan. Ia sangat menghargai waktu - waktu belajar tersebut, terutama ia sangat bersyukur karna bisa belajar dengan tenang dan aman. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.

Pagi hari setelah mendengar bunyi sirine pemberitahuan maka diberitahukanlah bahwa perang dunia ke-2 akan dilaksanakan, dan sepertinya negara Prancis akan ikut terlibat lagi dalam perang kali ini.

Udin yang sudah sedih dengan jumlah korban pada perang dunia ke-1 kemudian ingin mencari cara agar bisa menghentikan perang ini, ia mendapat tawaran dari pimpinan perang apakah ia mau ikut berpartisipasi dalam perang tersebut, dan ternyata ia menjawab ingin berpartisipasi dalam perang tersebut, walaupun ia tahu jika terjadi apa - apa dimedan perang maka nyawalah taruhannya.

Hari yang ditunggu - tunggu pun tiba, ia yang sejak kemarin sudah tinggal di tenda militer pun dibangunkan oleh pimpinan dan diminta mempersiapkan mental dan fisik untuk berperang. Setelah semuanya berbaris dan bersiap mereka pun menuju pertahanan yang sudah diatur masing - masing.

Perperangan yang terjadi sangat sengit, masing - masing serdadu dari kedua belah pihak menembakkan peluru. Udin pun ikut menembak dan menggunakan taktik yang digunakannya pada perang dunia ke-1 yaitu menembak dari perlindungan dengan tembakan yang pelan tapi akurat, dengan taktik itu ia menembak setidaknya 8 serdadu musuh.

Namun Udin lengah didalam 1 hal, yaitu ia terlalu fokus membidik serdadu musuh sehingga tidak mendengarkan arahan dari ketua timnya. Setelah berhasil menembak 8 serdadu musuh dan mengisi ulang pelurunya ia pun baru sadar ternyata rekan timnya sudah melakukan rotasi atau berpindah posisi.

Udin pun terbawa keadaan dan menjadi panik, tanpa melakukan perhitungan, ia pun langsung keluar dari perlindungan dan berlari menuju rekan timnya. Namun naas tak dapat terhindarkan, ia malah tertembak oleh senapan musuh dibagian kaki, tembakan tersebut membuatnya jatuh tersungkur, sekarang ia tak bisa lagi berlari atau bahkan sekedar berdiri. Malangnya, ia dilumpuhkan diarea yang tak memiliki pelindung, maka dengan cepat peluru berikutnya ditembakkan dan menembus kepalanya.

Udin pun akhirnya meninggal pada perang dunia ke-2, tetapi dengan meninggalnya Udin tidak berpengaruh apapun terhadap perang tersebut, perang tersebut masih berlanjut. Hari - hari berlalu dan akhirnya Prancis pun kalah, beberapa tahun setelah kekalahan Prancis maka berakhirlah perang dunia ke-2. 

Setelah peperangan berakhir maka sistem komunikasi pun berhasil dipulihkan, tersiarlah kabar para serdadu yang gugur dalam perang tersebut termasuk Udin. setelah beberapa hari berlalu, kabar itu pun sampai ditelinga ayah dan ibu Udin. Kedua orang tua Udin merasa sangat terpukul saat menerima fakta bahwa anak semata wayangnya ikut gugur dalam perang tersebut.

Setahun kemudian orang tua Udin pun mengunjungi Prancis, dengan perasaan sedih bercampur kecewa merekapun mendatangi kuburan Udin yang dikubur massal dengan serdadu lainnya yg gugur dalam perang tersebut.

Ibunya menangis dan sangat menyesal telah membiarkan Udin pergi dan terlibat dalam perang, namun ayahnya pun berkata bahwa ia harus bangga karna mempunyai anak yang pemberani.

Perasaan ibu Udin pun menjadi lebih tenang setelah mendengar perkataan suaminya, ia berusaha mengikhlaskan kepergian Udin serta akan selalu menentang pelaksanaan perang jika sewaktu –waktu hal tersebut terjadi lagi dimasa mendatang. Padahal pada saat lulus SMA, Udin ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah, namun takdir berkata lain, ia telah gugur dalam perang tersebut, kisahnya pun tamat.

Pesan Moral :

Perang hanya akan mengakibatkan kesedihan, kesengsaraan, serta korban jiwa. Sekalipun mengorbankan banyak nyawa untuk memenangkan peperangan, maka hasil yang didapat tidak akan setara dengan banyaknya nyawa yang hilang dalam perang tersebut.

Ditulis oleh : M. Azyumardi Azhar (XI IPS 1) SMAN 1 Pontianak

Proyek MID Semester Sejarah Minat Materi PD 1 dan PD 2

Tidak ada komentar