Dahulu
kala, hiduplah seseorang bernama Sultan Muhammad Syafiuddin. Ia merupakan salah
satu sultan Kerajaan Sambas yang tinggal di Keraton Sambas. Pada hari itu
suasana Keraton Sambas sangatlah nyaman dengan pepohonan yang rimbun, teduh dan
asri dilengkapi dengan kicauan burung yang begitu merdu. Ditambah luasnya
halaman Keraton Sambas yang dihiasi rerumputan hijau yang membuat sedap dipandang
mata.
Tiba-tiba
sang Sultan Syafiuddin merasa bosan berada di dalam. Keluarlah ia dengan
langkah santai sambil menikmati dinginnya terpaan angin. Sultan Syafiuddin
terus mengelilingi sekitaran halaman Keraton Sambas sambil bersiul kecil.
Pandangannya
berhenti pada taman Keraton Sambas yang seluruhnya ditutupi rerumputan hijau
serta ditumbuhi pohon rindang. Sang Sultan pun mulai berpikir dan berkhayal
untuk memiliki sebuah tempat peristirahatan lain selain Keraton Sambas. Ia
menginginkan tempat peristirahatan yang asri,nyaman, suasananya tenang,
terdapat gunung-gunung dan dialiri oleh danau serta terdapat kicauan burung
yang bernada.
“Betapa sedapnya apabila aku memilki tempat tersebut,”
gumam Sultan Syafiuddin.
“Aku harus mencari tempat yang cocok dijadikan
peristirahatan”
Tak
lama, ia memanggil semua bawahannya untuk menghampirinya di ruang tamu Keraton
Sambas. Para bawahannya dengan gesit meluncur ke ruang tamu Keraton Sambas.
“Ada apa gerangan Tuan memanggil kami semua?,” Tanya ketua
bawahan di depan Sang Sultan.
“Begini wahai bawahanku. Aku sangat ingin tempat
peristirahatan lain yang nyaman,indah,serta ada danaunya.”kata Sang Sultan.
“Ya Tuan. Dengan begitu apa tugas kami Tuan?,”
Sang
Sultan tersenyum dan berdiri tegak menghadap para bawahannya.
“Aku ingin kalian semua carikan tempat yang cocok untuk
membuat peristirahatan itu. Bagaimana, kalian bisa kan?”
Para
bawahannya saling memandang satu sama lain dan mengangguk ragu.
“Baik Tuan, kami akan berusaha menemukannya”
Mereka
pun segera pergi bergegas mencari tempat tersebut. Sementara si Sultan memilih
kembali berkhayal ingin tempat itu segera jadi.
Setelah
larut malam, barulah para bawahan sang Sultan pulang dengan wajah lelah
bercampur cemas. Mereka segera menghadap sang Sultan Syafiuddin di ruang tamu
Keraton Sambas. Sang Sultan langsung berdiri tegak tak sabar menunggu berita
gembira dari para bawahannya.
“Bagaimana? Dimana tempatnya?,” Tanya Sang Sultan.
Para
bawahannya menunduk takut dan cemas akan dimarahi Sang Sultan.
“Maaf Tuan, kami tak bisa menemukan tempat yang cocok,”
kata bawahan dengan takut.
Sang
Sultan melotot, tiba-tiba suasana hening menyeramkan. Sang Sultan memukul meja
di sebelahnya.
“Bagaimana kalian ini! Mencari tempat saja tidak bisa.
Dasar payah!,” teriak Sultan marah.
“Apa mau, kalian aku pecat, hah?!
“Tidak Tuan, jangan pecat kami,” mohon bawahannya.
Suasana
kembali diam hening, sampai tiba-tiba pintu terbuka menampakkan seorang lelaki
berjalan menuju Sang Sultan. Ia adalah Kepala Desa Sebedang.
“Maaf Tuan sebelumnya, aku tahu di mana tempat yang
cocok,”tawarnya.
“Cepat katakan, dimana?,” kata Sang Sultan tak sabar.
Sang
Kepala Desa langsung menunjukkan selembar kertas lokasi tempat tersebut. Sultan
Syafiuddin langsung gembira melihatnya. Sang Kepala Desa pun memerintahkan agar
besok saja untuk mengunjungi desanya.
Keesokan
harinya, Sang Sultan besiap-siap untuk pergi ke desa tersebut. Sultan beserta
bawahannya antusias pergi dengan menggunakan kuda yang lincah. Tetapi
perjalanan mereka hanya melewati jalanan tanah karena di zaman itu tak ada
jalan raya.
Setelah
memakan waktu yang cukup lama. Sampailah Sang Sultan beserta rombongan
bawahannya di Desa Sebedang. Sang Sultan langsung menemui Kepala Desa dan
dengan antusias menanyakan tentang tempat indah tersebut.
“Itu tempatnya Tuan,” tunjuk Kepala Desa.
Sang
Sultan berjalan mendekati tempat sejuk nan indah itu. Kemudian dengan segera ia
memberi perintah kepada para bawahannya untuk dengan cepat membuat danau
buatan.
“Cepat buatkan aku danaunya yang indah dan bagus,”
perintahnya.
“Baik Tuan, akan kami kerjakan,” ucap para bawahan.
Para
bawahan dengan segera membuat danau yang dinginkan Sultan Syafiuddin. Dengan
waktu yang cukup lama, jadilah danau buatan sang bawahan. Sultan Syafiuddin pun
langsung melihat bahagia danau yang sudah jadi.
“Bagus sekali wahai bawahanku,” ucapnya kagum.
Hari-hari
pun berlalu, Sang Sultan terus berada di sekitar danau menikmati keindahannya.
Tetapi tiba-tiba saja hujan dengan deras menghantam Sang Sultan dan danau. Sang
Sultan langsung berlari berteduh sambil melihat danaunya yang rusak serta
pecah.
“Ahhh… Habislah danauku,” ucap Sang Sultan lirih.
Setelah
hujan benar-benar reda, Sang Sultan langsung kembali memerintahkan bawahannya
untuk membuat danau buatan lagi. Para bawahannya bergegas membuat kembali danau
buatan dengan semangat. Setelah selesai, Sang Sultan kembali tersenyum.
Tahun
demi tahun berlalu, tiba-tiba terdengar berita buruk di tahun kedua bahwa danau
yang dibuat pecah kembali. Sang Sultan pun merasa kesal dan ingin tahu
penyebabnya selain hujan. Kata penduduk sekitar di sekitaran danau tersebut
terdapat makhluk astral atau tak kasat mata yang mungkin menghancuri danau
tersebut.
Saking
kesalnya, Sang Sultan diikuti bawahannya menghampiri Sang Kepala Desa.
“Pak, danau yang saya buat setahun yang lalu sudah rusak
dua kali. Kira-kira bagaimana solusinya pak?,” Tanya Sang Sultan dengan pasrah.
“Begini, mungkin bahan untuk membuatnya kurang kuat, Tuan.
Saya sarankan pakailah guni dan daerah bawah danau diperbesar,” kata Kepala
Desa.
Sang
Sultan mengangguk mengerti dan memerintahkan kembali bawahannya untuk membangun
danau buatan sesuai arahan Kepala Desa.
Setelah
beberapa hari, akhirnya jadilah danau buatan dengan pemandangan indah yang
diidamkan Sang Sultan. Ia terlihat sangat gembira riang. Kemudian danau buatan
itu ia beri nama Danau Sebedang. Sebab berada di Desa Sebedang, Kabupaten
Sambas.
“Akhirnya
danau yang kuiimpikan jadi,” ucap Sang Sultan tersenyum.
“Terimakasih
bawahanku dan Pak Kepala Desa,” ucap Sang Sultan.
Hingga
kini Danau Sebedang dijadikan tempat wisata orang-orang. Dulunya digunakan
untuk pemandian sultan-sultan karena airnya jernih dan pemandangannya indah.
Demikianlah cerita rakyat asal usul Danau Sebedang. Pesan yang dapat diambil yaitu janganlah terburu-buru untuk melakukan sesuatu atau mengambil keputusan ,karena belum tentu pekerjaan yang diselesaikan dengan cepat hasilnya akan bagus. Lakukanlah pekerjaan dengan nyaman dan nikmatilah prosesnya, dengan begitu hasil yang diperoleh akan bagus sesuai yang diinginkan.
Ditulis Oleh: Siswa SMAN 1 Pontianak
Proyek Penilaian Tengah Semester Sejarah
Tidak ada komentar