Makam Juang Mandor |
28 Juni 1944 telah menjadi salah satu peristiwa yang memilukan bagi masyarakat Kalimantan Barat, dimana terjadinya
tragedi kelam yang menewaskan tokoh-tokoh penting di Kalimantan Barat. peristiwa
ini terjadi di Mandor.
Peristiwa Mandor
adalah peristiwa kelam yang dialami masyarakat Kalimantan Barat yang menewaskan banyak nyawa yang tidak berdosa
oleh para tentara
Jepang. Peristiwa ini memakan
korban sebanyak ± 21.037 dan menjadikan tanggal 28 Juni 1944 sebagai hari berkabung masyarakat Kalimantan Barat.
Peristiwa Mandor menewaskan para tokoh-tokoh
penting pada masa itu dengan cara “Penyungkupan” yaitu membunuh dengan
samurai dan memenggal kepala para korban.
Meskipun demikian, ternyata menurut sejarah yang dibunuh bukan hanya para kaum cendekiawan maupun feodal namun rakyat
biasa juga tidak luput dari pandangan mereka.
Peristiwa ini biasa disebut Tragedi
Mandor Berdarah.
Peristiwa ini terjadi awalnya pada saat Tentara Jepang datang ke Pontianak pada Desember 1941 untuk menghancurkan tangsi-tangsi militer milik KNIL Belanda tetapi meleset dan mengakibatkan banyaknya masyarakat pribumi akibat peristiwa tersebut. Pada Febuari 1942, Jepang mulai memasuki dan menguasai Pontianak. Pada saat itu, masyarakat yang mempunyai dendam terhadap belanda pun akhirnya menerima Jepang sebagai pembebas dari penjajahan Barat.
Masyarakat Kalbar mengira Jepang adalah pembebas karena
masyarakat menganggap Jepang sebagai
sesama bangsa Asia yang akan menyelamatkan mereka semua. Dimasa awal, Jepang melakukan mobilisasi terhadap rakyat untuk kepentingan mereka sendiri dengan
merekrut para pemuda untuk bergabung ke organisasi militer-semi militer.
Para anak-anak wajib sekolah
dan menerima pengajaran Jepang sebagai penetrasi
budaya. Jepang juga menebar janji-janji manis untuk membebaskan dan memerdekakan Indonesia. Akan tetapi, misi Jepang yang sebenarnya adalah membangun generasi
yang patuh dan berkiblat pada kekaisaran Jepang
dan rakyat pun menjadi korbannya.
Jepang mengincar
Kalimantan karena ingin memanfaatkan hasil hutan dan tambang untuk keperluan mesin-mesin perang tentara
Jepang serta untuk membangun berbagai infrastruktur perang. Dalam bidang sosial, para wanita-wanita Pribumi/Tionghoa
dijadikan sebagai wanita pernghibur untuk memuaskan hawa nafsu para tentara Jepang.
Pada bidang ekonomi,
sembako sangat
sulit untuk didapatkan dan terbilang mahal
untuk dibeli. Janji-janji yang telah diucapkan
oleh tentara Jepang
hanya menjadi kebohongan belaka dan justru hanya tampak kesengsaraan yang semakin menjadi-jadi. Pada masa itu, kebencian rakyat Indonesia terhadap
Jepang memang memuncak,
rakyat dipaksa dan disiksa untuk bekerja (Romusha), kelaparan hingga tidak mempunyai pakaian.
Pembunuhan massal
yang dilakukan Jepang berawal dari desas-desus yang terdengar, karena kecurigaan Tokkeitai (Polisi rahasia
Kaigun) yang mencium adanya suatu persekongkolan untuk melawan Jepang.
Di lain sisi, Jepang sangat membutuhkan simpati
rakyat untuk mendukung perangnya. Maka dari itu Jepang pun mendirikan Nissinkai organisasi politik untuk
menyalurkan ide-ide politik,
yang tentunya tidak mengancam Jepang.
Tokoh politik, pengusaha, dan cendekiawan yang tergabung.
Para tokoh pergerakan ini diam-diam juga memiliki
gerakan bawah tanah yang disebut Gerakan Enam Sembilan karena anggotanya berjumlah 69 orang.
Pemberontakan di
Kalimantan Selatan yang berujung kegagalan menjadi inspirasi bagi warga untuk melakukan hal yang sama di
Kalimantan Barat dan hal ini menjadi kekhawatiran bagi Jepang. Kemudian, Jepang pun memulai untuk melakukan pencegahan
dengan menangkap pihak-pihak yang
dicurigai terlibat. Pada 23 Oktober 1943, kalangan terpelajar dan kaum politisi lintas suku, agama, ras, dan
etnis tidak ada pengecualian ditangkap dan ditahan di markas Tokkeitai.
Pada 24 Mei 1944, konferensi Nissinkai
berubah menjadi ajang penangkapan
akbar yang dimana seluruh peserta yang hadir ditangkap dan diciduk di rumah masing-masing pada dini hari. Puncaknya
terjadi pada tanggal 28 Juni 1944, sidang kilat pun dilaksanakan untuk membantai
mereka yang ditangkap. Pada hari Sabtu
tepatnya tanggal 1 Juli 1944, Jepang mengumumkan aksi penangkapan
dan menghukum mati dengan cara disungkup kemudian dipenggal
dengan samurai ataupun
ditembak secara membabi
buta bagi mereka
yang diduga berkomplot melawan
Jepang dari tanggal 28 Oktober
1943 hingga 28 Juni 1944.
Kekejaman, kebengisan, dan kesadisan bala tentara Jepang di Kalimantan Barat dikenal dengan sebutan penyungkupan. Para korban yang diciduk tentara Jepang tangannya diikat kebelakang dan wajahnya ditutup dengan sembarang penutup yang disebut sungkup. Selanjutnya, korban dikirimkan ke suatu tempat dan disanalah korban dieksekusi secara sadis, dipenggal dan ditembak mati.
Hilang dan lenyapnya satu generasi terbaik bangsa
Indonesia, Kalimantan Barat. Selama
perang dunia ke II menjadi penanda agar jangan melupakan dan meninggalkan sejarah yang telah terjadi. Bangsa yang
besar adalah bangsa yang tau serta mau menghargai jasa para pejuang dan pahlawan bangsa mereka. Dengan menyatakan
kemerdekaan Indonesia, kita tidak
boleh melupakan jasa yang telah dilakukan oleh para tokoh pahlawan nasional
yang telah berusaha memerdekakan
bangsa Indonesia.
Kondisi Makam Juang
Mandor kini, sangat baik dan terawat dengan baik oleh orang-orang yang ditugaskan untuk merawatnya. Terdapat
10 makam yang ada di kawasan tersebut
dan juga semuanya dibuat atap untuk melindungi dari hujan, pada makam yang ke-10 terdapat
seperti
sebuah ruangan
yang berisi makam serta terpampang foto tokoh-tokoh yang telah terbunuh
dan di kubur disitu. Dari makam ke 1-9 itu dibuat atap dan jarak dari 1 makam ke makam lain harus melewati jalan yang panjang dan disetiap
jalannya kita akan menemukan satu persatu makam yang nampak seperti rumah. Dari 10 makam itu, yang sangat-sangat
berbeda adalah makam yang ke-10
karena dibuat seperti rumah dan kita juga bisa mendoakan para tokoh-tokoh yang telah dieksekusi disana. Sebelum kami
berkeliling untuk melihat makam-makam, kami juga melakukan doa bersama agar korban tenang disisi Tuhan Yang Maha
Esa dan juga kami mendapatkan materi
singkat dari juru kunci yang bernama Pak Ucak.
Pada 4 Maret 2023 siswa/I SMA Negeri 1 Pontianak melakukan study tour ke Makam Juang Mandor di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Melalui perjalanan yang lumayan memakan waktu yang panjang untuk melewati 10 makam tersebut, kami juga berdoa di setiap makamnya agar para korban kekejaman tentara Jepang ini dapat tenang di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Para siswa/I mendapatkan materi singkat yang bisa menambah pengetahuan para siswa/I SMA Negeri 1 Pontianak, para siswa juga mendapatkan penjelasan dari guru Sejarah Pak Rio Pratama tentang makam-makam yang kami lewati setiap perjalanannya.
Dari peristiwa ini kita belajar bahwa tidak boleh
menerima janji manis yang telah diberikan oleh orang lain serta harus
lebih berhati-hati sekalipun itu adalah saudara jauh, karena kita tidak
tau maksud mereka datang kesini.
Perjuangan untuk mengalahkan para penjajah begitu besar agar kita tidak diperalat
untuk mendapatkan kepentingan dan keuntungan bangsanya sendiri. Dengan adanya peristiwa ini kita jadi mengerti dan
lebih menghargai perjuangan para tokoh-tokoh yang telah mati di tangan tentara Jepang dengan kekejaman dan kebengisan
yang membuat Kalimantan Barat akhirnya kehilangan generasi emas pada saat itu sehingga tidak menyisakan apapun.
Setiap tanggal 28 Juni, kita memperingati hari berkabung daerah kalbar, mudah-mudahan ini menjadi motivasi untuk mengenang rangka sejarah dan mengenang perjuangan para pendahulu kita yang luar biasa pada saat itu, Para leluhur yang telah berjuang untuk melawan penjajah. Para pejuang ini merupakan korban dari genosida demi mempertahankan negara indonesia. Dengan adanya momentum ini mengingatkan kita saat ini tidak melupakan sejarah yang ada di Kalbar.
Kegiatan Upacara Hari Berkabung Daerah dilakukan dengan
mengibarkan bendera setengah tiang. Hal itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan memberikan penghargaan terhadap pengorbanan serta melestarikan nilai-nilai perjuangan para tokoh dan rakyat Kalimantan Barat pada masa pendudukan fasisme
Jepang. Lahirnya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2007 tentang Peristiwa Mandor
pada 28 Juni Sebagai Hari Berkabung
Daerah Provinsi Kalimantan Barat melalui rapat paripurna DPRD Kalimantan Barat merupakan bentuk kepedulian sekaligus
apresiasi dari DPRD terhadap perjuangan pergerakan nasional
yang terjadi di Mandor.
”Perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan harus dikenang serta diingat oleh generasi- generasi muda agar bisa diingat sepanjang masa”
Penulis: Cintya, Siswi SMAN 1 Pontianak
Artikel Hasil Observasi Lawatan Sejarah ke Makam Juang Mandor
Sumber dan Referensi :
Juru
Kunci Bernama Pak Ucak https://www.liputan6.com/regional/read/4290147/secuil-cerita-keji-di-balik-bendera- setengah-tiang-peringati-peristiwa-mandor-di-kalbar
https://dinsos.kalbarprov.go.id/blog/2022/06/29/upacara-hari-berkabung-daerah-tahun-2022/ https://id.wikipedia.org/wiki/Makam_Juang_Mandor
https://youtu.be/WMdTh_FNdNM https://youtu.be/7bABm16FwEE
https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/bihari/article/view/868 https://koropak.co.id/18239/28-juni-1944-tragedi-mandor-berdarah-di-kalimantan-barat https://kabardamai.id/peristiwa-mandor-hilangnya-satu-generasi-terbaik-di-kalbar/
Tidak ada komentar