Kalimantan Barat memiliki kekayaan tradisi lisan yang diwariskan turun-temurun dan sarat nilai moral, filosofi hidup, serta kearifan lokal. Namun, perkembangan zaman dan teknologi membuat tradisi lisan semakin ditinggalkan, sehingga generasi muda berisiko kehilangan akar budaya. Padahal, tradisi lisan termasuk dalam objek pemajuan kebudayaan sebagaimana diamanatkan UU No. 5 Tahun 2017. Hal ini mendorong perlunya inovasi dalam pembelajaran agar siswa tidak hanya belajar sejarah secara teoritis, tetapi juga dapat meneliti dan melestarikan tradisi lisan daerahnya.
Ide inovasi muncul dari kebutuhan membuat pembelajaran sejarah lebih kontekstual, dekat dengan kehidupan siswa, serta relevan dengan budaya lokal. Guru dan sekolah menjaring gagasan melalui:
- Identifikasi masalah kurangnya keterlibatan siswa dengan budaya lokal.
- Diskusi tentang pentingnya penerapan pembelajaran berbasis budaya (Culturally Responsive Teaching/CRT).
- Pengamatan praktik baik yang pernah dilakukan, misalnya penerbitan Antologi Cerita Rakyat Kalimantan Barat oleh siswa.
Dari berbagai gagasan, dipilihlah metode pembelajaran penelitian sejarah berbasis Tradisi Lisan (Tralis). Ide ini dipilih karena:
- Selaras dengan capaian pembelajaran sejarah (pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, historiografi).
- Memberi peluang siswa untuk meneliti, mendokumentasikan, dan melestarikan cerita rakyat lokal.
- Relevan dengan landasan hukum pemajuan kebudayaan (UU No. 5 Tahun 2017).
- Mendorong keterlibatan aktif siswa melalui observasi, wawancara, dan penulisan hasil penelitian.
Manfaat:
- Bagi siswa: meningkatkan motivasi belajar, keterampilan meneliti, kemampuan literasi, nalar kritis, serta kebanggaan pada budaya daerah.
- Bagi guru: menjadikan pembelajaran lebih kontekstual, adaptif, dan sesuai dengan prinsip CRT.
- Bagi sekolah: menghasilkan produk nyata berupa dokumentasi budaya lokal (buku, e-book, artikel).
- Bagi masyarakat: memperkaya upaya pelestarian tradisi lisan dan memperkuat identitas budaya lokal.
Dampak:
- Tradisi lisan Kalimantan Barat tetap lestari karena terdokumentasikan melalui karya siswa.
- Siswa tidak hanya memahami teori sejarah, tetapi juga mengalami langsung proses penelitian berbasis budaya lokal.
- Terjadi transfer nilai budaya, moral, dan kearifan lokal antar generasi.
- Sekolah berperan sebagai pusat pelestarian budaya daerah.
- Terciptanya generasi muda yang lebih sadar akan identitas budaya sekaligus memiliki keterampilan abad 21 (kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, literasi digital).
Tidak ada komentar