Paradigma
tentang belajar sejarah adalah proses yang membosankan karena mempelajari
tentang masa lalu menjadi momok yang melekat terutama bagi para guru sejarah
dalam menarik minat siswa. Tantangan ini sejatinya dirasakan banyak guru
sejarah dimanapun berada. Oleh karenanya, merubah cara
mengajar dengan memanfaatkan media dan metode yang unik juga menyenangkan harus
senantiasa dilakukan.
Pendekatan guru dalam
menarik minat belajar harus senantiasa diimbangi dengan cara serta media serta
metode yang mengikuti perkembangan zaman serta cara yang menyenangkan. Hal ini
pula yang diterapkan oleh Rio Pratama, guru sejarah di SMAN 1 Pontianak.
Dalam
rangka merubah paradigma membosankannya belajar sejarah. Ia memanfaatkan teka
teki silang (TTS) sebagai media belajar yang diterapkan didalam kelas. Adapun
TTS tersebut merupakan produk yang ia buat bersama dengan siswa-siswi yang
diajarnya.
“Membahas
tentang perlawanan rakyat terhadap kolonialisme Eropa. Kami memanfaatkan TTS
sebagai medianya. Dalam prosesnya, bersama-sama kami memahami konsep dan latar
belakang kolonialisme serta imperialisme, dilanjutkan membahas tentang bentuk
perlawanan, bersama menyusun rubrik pertanyaan dan menyusunnya menggunakan
aplikasi yang dapat diakses secara secara daring,” ungkapnya Jumat,
(21/10/2022).
Ia menuturkan, melalui
proses menyusun dan memanfaatkan TTS yang dibuat sendiri sebagai media belajar
membuat siswanya lebih antusias dan bersemangat dalam belajar sejarah.
“Memahami konsep dan
kemudian secara bersama menyusun media belajar membuat siswa lebih bersemangat
juga antusias belajar sejarah. Terlebih, produk media tersebut dibuatnya
sendiri,” tuturnya.
Penerapan Diferensiasi dalam Pembelajaran
Dalam proses menyusun
serta pemanfaatan TTS sebagai media belajar, penerapan diferensiasi
pembelajaran dilakukan. Hal ini turut sejalan dengan konsep merdeka belajar
yang digaungkan oleh pemerintah saat ini. Setiap siswa memiliki peran yang
berbeda dalam proses penyusunan produk hingga sampai pada proses pencetakan TTS
dengan materi perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme tersebut.
“Kami
mengawalinya dengan memahami konsep materi. Dilanjutkan dengan menyusun TTS.
Setiap siswa diberi peran dan tanggungjawab yang berbeda sesuai dengan
kemampuan dan minatnya. Ada yang bertugas sebagai penyusun, korektor,
validator, layout, hingga desainer cover,” terangnya.
Akram, siswa SMAN1 Pontianak menyatakan
bahwa melalui TTS, ia dapat lebih mudah memahami dan mengingat materi sejarah
yang tengah dipelajari. Melalui TTS pula, belajar sejarah menjadi tidak monoton
karena juga terdapat unsur permainan didalamnya.
Ia juga menuturkan harapannya dalam
proses pembelajaran sejarah kedepan khususnya di SMAN 1 Pontianak.
“Harapan saya kedepan agar cara belajar
sejarah tetap bervariasi. Terlebih kita tahu selama ini sejarah lekat dengan
hafalan. Melalui variasi pembelajaran yang tidak monoton tentu belajar akan
lebih menyenangkan,” pungkasnya.
dengan pilihan media pembelajaran yang tepat bikin anak jadi semakin menikmati pembelajarannya. Jadi ada unsur funnya tapi tetep tidak meninggalkan belajarnya juga. PAsti Pak Rio semakin dicintai siswanya hehehe
BalasHapusDaku seneng nih kalau metode belajarnya dengan TTS, karena bikin otak cerdas berpikir dan tertantang menyelesaikan
BalasHapusJangankan Akram, aku aja sampe sekarang paling seneng ngisi TTS, jadi nambah kosakata dan keyword suatu hal. Keren pak guru
BalasHapusBener juga sih ini, TTS emang menyenangkan dan kalau digabungkan dengan belajar terutama sejarah cocok banget sih. Kan sejarah hafalan tuh, banyak kosa kata yang perlu diingat, dengan TTS jadi lebih nyantol di kepala sih
BalasHapusTTS selalu menyenangkan, apalagi jika dikombinasikan dengan belajar pasti seru.
BalasHapusWahnkeren banget ide kreatif untuk meningkatkan minat belajar siswa siswinya, emang sih dulu aku waktu masih sekolah juga lebih tertarik isi TTS, karena lebih menantang dan gak bosenin.
BalasHapusAku ngefans sama guru yang satu ini deh,selalu punya cara dalam menjelaskan sejarah ke murid2nya dengan cara yang fun.
BalasHapus